Request info for

Default

23 JULY 2015

“Dafault” berasal dari bahasa komputer, yang kadang sering salah diterjemahkan dan sering tidak dimengerti oleh orang - orang. Google translate bahkan menjawab: keteledoran, kegagalan, kelalaian. Tapi kalau anda masukkan kalimat: My default color is blue, maka google memberi: Warna default saya adalah biru. Nah, tidak ada terjemahannya kan? Anak2 yang “growing up digital” tentu telah terbiasa dengan kata ini dan sudah pasti sangat mengerti dengan pas.

Default” adalah “apa yang dipilih, bilamana anda tidak memberi pilihan khusus.” Kalau nganggur, defaultsaya baca buku atau nonton TV. Kalau malam minggu, default saya nonton filem. Kalau di bandara, dafault saya mampir toko buku Periplus.

Kalau hari Minggu default dia adalah ke gereja, terus ke mall, dan makan siang. Nah, kalau ada undangan pagi, atau meeting mendadak, atau tamu luar negeri datang, dia akan melakukan hal lain, tapi kalau tidak ada apa2, dia akan melakukan “default”nya.

Manusia berubah karena dibentuk oleh 4 hal: Pikiran yang dia pikirkan; Buku yang dia baca; Tindakan yang dia lakukan; Sahabat yang dia punyai. Setiap orang memilih apa yang dilakukannya pada suatu saat tertentu. Kalau memang kita diharuskan melakukan sesuatu karena kerja dan kebutuhan hidup, kita akan melakukannya. Problemnya, adalah ketika kita “boleh memilih” apapun yang akan kita kerjakan, kita menjadi bingung.

“White space”, atau ruang kosong, dimana kita tidak harus melakukan sesuatu yang diharuskan, menjadi penting, karena ruang ini cukup banyak dalam kehidupan kita. Semua orang terbentuk karena kebiasaan kebiasaan. Bagaimana kita membentuk pilihan2 ini, akan jadi kunci sukses.

Pulang kerja waktu luang, pagi sebelum kerja, Minggu ketika libur, waktu kosong saat makan siang, cuti tahunan, ini semua diisi apa? Menonton, membaca buku, karaoke, bermain bersama keluarga, relaksasi, keluar kota, ke museum, pacaran, belajar, melukis, menikmati pemandangan, bekerja lebih, bermain facebook, atau sepuluh ribu kegiatan lainnya.

Nah disinilah pentingnya konsep “default” tadi. Kalau kita tidak memilih sesuatu yang khusus apa yang kita lakukan. Apa kebiasaan kita dalam menjalani hidup? Kebiasaan inilah yang membentuk kesuksesan kita, kebiasaan ini yang membentuk kemampuan dan prilaku kita.

Bayangkan orang yang setiap saat luangnya tanpa sadar selalu membaca, belajar, melihat2 kesempatan bisnis yang ada disekelilingnya, melihat pameran, menelpon teman tanya ada peluang apa, ber network di asosiasi, saling meminta dan memberi referensi kerja, ikut seminar, mencoba cara bisnis baru, dst…. Bandingkan dengan yang setiap libur, menganggur dan tidur mulu, bermalasan dan tidak pernah belajar apapun, apalagi kalau ditambah tidak mau bekerja dengan maksimal. Dalam setahun tidak terlalu terlihat perbedaannya, tapi setelah lima atau sepuluh tahun, akumulasinya akan sangat mencolok, membedakan antara orang gagal dan orang sukses.

Orang sukses bukan karena melakukan “satu hal” yang tepat, tetapi karena akumulasi kejadian demi kejadian yang saling menunjang, menggulung sukses menjadi sebuah bola salju yang berawal kecil dan semakin lama semakin besar.

Strategi “default” yang baik akan menunjang kesuksesan kita. Biasakan bila tidak ada pekerjaan, maka: Membaca buku yang berguna; Mencari teman2 yang dapat menunjang kesuksesan anda; Berpikir secara terus menerus bagaimana dapat memajukan bisnis anda; Melakukan sesuatu yang berguna untuk sukses anda. Nah, apa default anda ketika anda punya waktu lebih?

Dalam batas - batas yang masih wajar, kita tentu masih juga butuh variasi kehidupan, balance yang cukup untuk dapat menikmati kebahagiaan hidup secara utuh.


‹ back