Request info for

Building a Better Business Using The Lego Serious Play Method.

Per Kristiansen, Robert Rasmusses

Lego adalah perusahaan mainan paling terkenal di dunia. Lego telah mengalahkan Mattel, pembuat Barbie, dan menjadi perusahaan mainan dengan penjualan terbesar dan profit terbanyak nomor satu. Lego bricks, “bongkah” plastik, atau bata plastik kecil yang bisa saling terkait ini, bisa dipasang menjadi anjing, robot, mobil, white house, menara Eiffel, Harry Potter, Star Wars, atau rancangan sebuah kota.

Lego berasal dari Denmark, sebuah perusahaan keluarga yang sangat sukses. Dengan CEO Kjeld Kirk Kristiansen, pada tahun 1990 an berkembang luar biasa, merambah kesemua lini bisnis, dan menjadi sangat terkenal diseluruh dunia. Yang tidak diketahui orang adalah pada 1998 sampai 2004 perusahaan ini sedang dalam krisis finansial yang hebat. Satu hari bisa terjadi kerugian 250.000 Euro.

Supply chain yang buruk tertinggal 10 tahun, layanan pelanggan yang tidak prima, expansi yang tidak jelas ke video game, dan tidak adanya inovasi yang tepat, membuat Lego hampir celaka. Pada 2004, perpindahan tangan jabatan CEO dari Kjeld Kirk Kristiansen, cucu pendiri Lego ke seorang bekas konsultan Mckensey, Jørgen Vig Knudstorp, memberikan angin segar yang akhirnya mampu membuat Lego menjadi perusahaan hebat kembali.

Lego kini hanya fokus pada satu produk saja, dan mengembangkannya dengan cermat dan tepat. Produk lainnya telah di “outsource” kan kepada pihak yang lebih mampu mampu. Dari Legoland, Lego Hotel, Lego komik, sampai Lego Movie, semua adalah kerjasama Lego dengan pihak luar.

Lego Serious Play, LSP, adalah sebuah metode pelatihan yang menggunakan Lego Bricks sebagai alat bantu untuk lebih membangun gairah peserta, untuk lebih membuat peserta mampu mengeluarkan idea, identitas diri, dan pemikirannya, dan untuk lebih membuat peserta bisa berkolaborasi dalam membuat strategi kerja yang terbaik.

Pemilik Lego Kjel Kirk Kristiansen, bersama Professor Bart Victor dan Johan Roos di IMD Business School, ingin membuat sebuah pelatihan kepemimpinan yang berbeda, dengan menggunakan Lego Bricks sebagai alat bantu. Pada 2001, versi awal LSP siap dipakai untuk pelatihan: Cara berpikir, berkomunikasi, dan menyelesaikan persoalan untuk sebuah group.

Per Kristiansen bersama Robert Rasmussen, kedua penulis buku ini, adalah dua karyawan paling awal yang mendevelop LSP dibawah anak perusahaan Lego, “Executive Discovery Ltd.” Dengan 10 karyawan yang berada di Connecticut dan Tenessee, Amerika; Milan, Italy; dan Munich, Germany; LSP mulai dikembangkan dari 2001 hingga 2003.

Banyak hasil positip riset akademis yang dilakukan dan diterbitkan, dan banyak metode baru yang di ciptakan, untuk membuat LSP menjadi lebih matang. Dan didalam perjalanannya LSP menjadi bagian dari training internal Lego juga, yang juga dipakai di berbagai perusahaan terkemuka, seperti Daimler Chrysler, Roche Pharmaceutical, SABMiller, Tupperware, Nokia and Orange.

Pada awalnya untuk menjadi seorang Fasilitator yang boleh menggunakan LSP haruslah melalui proses yang panjang dan rumit, sehingga perkembangan LSP sangat pelahan. Maka dilakukan percobaan pada 2010 untuk melepas LSP menjadi sebuah “open source” melalui sebuah komunitas. Lego hanya mensupply Lego Bricks saja.

Hasil yang positip membuat Lego memutuskan untuk melakukan pelatihan sertifikasi terbuka yang dapat diikuti fasilitator mana saja, selama 4 hari, dan diijinkan memakai LSP sebagai tools untuk pelatihan-nya. Ini yang membuat LSP menjadi berkembang pesat pada 2-3 tahun terakhir ini.

Per Kristiansen dan Robert Rasmussen menjadi Master Trainer untuk pemberian sertifikasi fasilitator untuk LSP ini. Sertifikasi pelatihan dilakukan di beberapa kota di Amerika, Belgia, Denmark, Hongkong, Malaysia, Jepang, Italy, Brasil, Belanda, Inggris, Jerman, Spanyol dll.

Sering dalam sebuah pelatihan LSP para eksekutip tertawa tawa dan menjadi relaks dan mulai mampu lebih mengeluarkan pikirannya dan berbagi dengan orang2 lain yang ada. Tingkat komitmen peserta, keyakinan akan proses dan insight yang dihasilkan juga sangatlah baik. Penyerapan, retensi, dan pendalaman arti menjadi lebih mudah, menyenangkan, dan berkembang.

Dalam konsep LSP, ada beberapa hal inti. Beyond 20/80 meetings and Creating Leaning in. Dalam sebuah meeting kebanyakan berjalan satu arah, hanya satu dua orang berbicara dan tidak ada keterkaitan yang akrab. LSP membuat “Leaning In”, semua pihak ikut maju dan mendekat pada persoalan secara akrab dan berpartisipasi.

Leading to Unlock. Memimpin dan membuka diri, membuat peserta mau berbagi. Pengetahuan peserta, suasana yang ada dan hubungan antar individu dan antara individu dan organisasi menjadi lebih jelas dan terbuka. Sehingga idea dan pemikiran segar dapat dicapai.

Breaking habitual thinking. Kebiasaan kita membuat kita terbentuk pola pikirnya, seperti pada experimen pelembaran bola basket yang membuat kita tidak melihat adanya gorila lewat, maka didalam bisnis kita terlalu terpaku pada “seduction of the familiar” yang membuat kita sering terbutakan akan hal2 baru yang segar. Memecah kebiasaan ini dengan LSP membuat kita mampu fokus pada hal2 baru yang lebih tepat.

Lego bricks, sebuah bongkah plastik kecil 4x2 dot itu, bila disusun 8 buah saja, mampu membuat kombinasi dengan kemungkinan 915, 103, 765. LSP memfokuskan pemakaian Lego Bricks sebagai alat untuk prototyping, untuk simulasi, dan visualisasi. LSP lebih menggunakan Lego sebagai perangkat “metonym”, perangkat yang memberikan makna yang sama untuk sebuat atribut yang dihasilkan.

LSP menciptakan identitas pribadi secara abstrak, menciptakan identitas perusahaan secara simbolis, dan membuat koneksi pribadi pada perusahaan menjadi nyata. Sehingga setiap partisipan akan mampu melihat dengan lebih jernih kontribusi diri pada perusahaan dan melihat dengan lebih jernih strategi apa yang terbaik untuk semua pihak.

LSP kits, adalah paket produk Lego Bricks yang cocok untuk pelatihan dapat dibeli di amazon atau Lego On-line, yang telah dirancang khusus untuk kebutuhan pelatihan. LSP kits dijual tanpa buku dan keterangan apapun, karena hanya dapat dipakai dan difasilitasi oleh orang yang sudah memahaminya.

Bermain, Play, adalah sebuah hal yang paling dimaui oleh setiap orang. Riset menunjukkan bahkan binatang saja, setalah cukup makan, akan mulai bermain dengan teman dan keluarganya. Bermain membuat kita hanyut lupa waktu, membuat kita mau berupaya lebih, mau berulang ulang melakukannya tanpa imbalan apapun, dan membuat kita tertawa dan bergembira. Play with a purpose, adalah semboyan LSP, bukan hanya “bermain” tetapi mempunyai “tujuan” yang jelas dalam melakukannya. Sehingga disebut Serious Play, ada keseriusan yang disengaja dimainkan.

Konsep dasar dari Profesor Mihalyi Csikszentmilhalyi, “Flow” juga dipakai sebagai landasan LSP, dimana “hanyut” menjadi bagian dari latihan yang efektip dan menyenangkan. Setiap peserta dapat fokus pada goal yang dituju, mempunyai tugas yang jelas dan skillset “membangun” yang akan membawa proses ini mejadi memikat.

Menggunakan tangan sebagai perpanjangan pemikiran kita, “trust your hand”, mempercayai proses yang mengalir, dan langsung saja membangun. Sejalan dengan pemikiran “constructionism” nya Seymour Papert dan Jean Piaget, maka orang akan lebih mudah hanyut dalam pembuatan produk, dan mendapatkan pembelajaran yang kaya.

Imaginasi yang Strategik, menjadi kunci dalam menciptakan inovasi. Pemakaian Lego untuk melambangkan imaginasi kita, membuat kita bisa lebih mampu untuk beljar, mengembangkan idea, dan berbagi. Sehingga sering dihasilkan hasil yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Efektifitas LSP sudah terbukti di banyak riset yang dilakukan lembaga2 pendidikan dan universitas terkemuka. Dapat pula dibaca di Wikipedia. Saat ini LSP telah dibuka sebagai sebuah “open source”, saya percaya LSP akan menjadi sebuah perangkat pelatihan yang baik dimasa mendatang.

Didalam buku ini ada 18 “case studies” dimana LSP berhasil dipakai dalam banyak lini manajemen, mulai Leadership, Partnership Development, Goal Setting, Teamwork, Strategic Thinking, Developing Business Model, dan lain2 dari berbagai industri yang berbeda dengan hasil yang sangat positip.

Buku ini saya beli di toko buku di kampus MIT Cambridge – Boston, November 2014 lalu. Saya telah lama mendengar tentang model pelatihan LSP (Lego Serious Play) ini, dan ada seorang teman yang juga sudah pernah mengikuti pelatihannya beberapa tahun lalu. Dari buku ini saya mendapat banyak informasi yang berguna, dan saya akan mengikuti pelatihan sertifikasinya akhir April 2015 nanti.

    


‹ back