George adalah lelaki tua dipanti jompo, ditinggalkan anak2 cucu2nya disana. Dalam kemarahannya dia tidak lagi mau bicara apapun, telah bertahun tahun. Dan hanya diam menatap jendela luar, sendiri.
Penny adalah wanita jompo yang sudah lama hidup sendiri, baru saja masuk pantai jompo. Dia setiap hari menjenguk George, dan karena George diam saja, maka Penny selalu bercerita sambil merajut jaket musim dingin dikamar George.
Penny selalu bercerita macam2 karena dulu dia adalah penyanyi yang kelilingan kemana mana, sambil merajut. Dianggapnya George temannya, walau selalu diam saja, dia merasa George mendengarkan dan mengerti.
Lima bulan berlalu, musim dingin segera datang, dan rajutan baju dingin Penny telah selesai. Malam itu ternyata George meninggal dunia.
Di lacinya ada sebuah amplop tertutup. Pengurus panti jompo mengambilnya, di depannya ada tulisan “Untuk Penny, dari George”. Dan didalamnya hanya pesan pendek : “Katakan pada Penny, aku mencintainya.”
Penny menangis pelahan, dengan air mata kebahagiaan, dia memakaikan baju tebal rajutannya pada George ketika dikuburkan. Memang baju itu ukurannya pas sekali untuk Geroge, karena memang dibuat untuknya.
Sebenarnya cinta hanyalah dua hati yang bertautan, tidak peduli dimana, kapan, siapa, dan untuk apa itu terjadi.
Tanadi Santoso (Re-Post). email: tanadisantoso@yahoo.com
May You have Warmth in Your Igloo, Oil in Your Lamp, and Peace in Your Heart. ~Eskimo proverb.